4.10.10

Dengan Segelas Susu

Suatu hari seorang bocah perempuan miskin sedang berjualan dari rumah ke rumah demi membiayai sekolahnya. Ia merasa lapar dan haus, tapi sayangnya ia hanya mempunyai sedikit sekali uang

Anak itu memutuskan untuk meminta makanan dari rumah terdekat. Tetapi, saat seorang gadis muda membukakan pintu, ia kehilangan keberaniannya.

Akhirnya ia hanya meminta segelas air putih untuk menawarkan dahaga. Gadis muda itu berpikir pastilah anak ini merasa lapar, maka dibawakannyalah segelas besar susu untuk anak tersebut. Ia meminumnya perlahan, kemudian bertanya, "Berapa saya berhutang kepada anda ?"

"Kamu tidak berhutang apapun kepada saya," jawabnya. "Ibuku mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk perbuatan baik yang kami lakukan."

Anak itu menjawab, "Kalau begitu, saya hanya bisa mengucapkan terima kasih dari lubuk hati saya yang terdalam."

Saat Howard Kelly bocah kecil yang miskin itu meninggalkan rumah tersebut, dia bukan hanya merasa badannya lebih segar, tetapi keyakinannya pada Tuhan dan sesama manusia menjadi lebih kuat. Sebelumnya dia sudah merasa putus asa dan hampir menyerah.

Tahun demi tahun berlalu. Suatu hari ada seorang wanita muda mengalami sakit parah. Dokter yang menanganinya merasa bingung dan akhirnya mengirim wanita itu ke kota besar untuk mendapatkan pertolongan spesialis.

Dr. Howard Kelly dipanggil untuk berkonsultasi. Ketika ia mendengar nama kota tempat asal si pasien, ia segera pergi ke kamar tempat dimana wanita tersebut di rawat. Ia langsung mengenali wanita tersebut dan memutuskan untuk melakukan hal terbaik yang bisa ia usahakan untuk menolongnya. Sejak hari itu, ia memberikan perhatian khusus pada kasus ini. Setelah melewati perjuangan panjang, peperangan-pun dapat dimenangkan.

Dr. Kelly dipanggil oleh pihak administrasi untuk menandatangani kuitansi biaya yang harus dibayarkan oleh si wanita kepadanya. Ia melihat kepada kuitansi tersebut, dan kemudian menuliskan sesuatu. Kuintansi tersebut lalu dikirim ke kamar perawatan si wanita. Wanita tersebut merasa takut untuk membukanya, karena ia merasa yakin bahwa ia tidak akan mampu membayarnya. Akhirnya dengan menguatkan hati, ia melihat ke kuintansi tersebut. Sebuah tulisan pada kuitansi telah menarik perhatiannya.

Ia membaca tulisan itu:
"TELAH DIBAYAR PENUH DENGAN SATU GELAS SUSU."

Tertanda,
Dr. Howard Kelly.

Air mata mengalir dari matanya saat hatinya yang bahagia mengucapkan doa dan pujian: "Terima kasih Tuhan, kasihMu telah memancar melalui hati dan tangan manusia."

taken from
http://www.gkjtp.org/

Kehidupan Bagaikan Jeruk

Dalam cerita film Forrest Gump, ibu Gump mengatakan padanya bahwa kehidupan manusia bagaikan sekotak coklat, Anda tidak tahu bakal mendapatkan rasa yang mana. Saya pikir, sekotak coklat itu pasti berisi aneka rasa! Karena setahu saya kebanyakan orang akan memilih rasa yang disukai saat membeli, bagaimana dengan Anda?

Guru Lin Guizhen menulis sebuah buku yang berjudul Kehidupan Bagaikan Jeruk. Saya sangat mengemari buku tersebut, lalu saya menjulukinya dengan sebutan “Guru Jeruk”. Di bawah ini mengutip beberapa bagian dalam buku tersebut untuk kita simak:

“Kehidupan bagaikan jeruk”, Anda sendiri yang menentukan nasib Anda, seperti saat memutuskan memilih jeruk, setelah dibeli manis atau masam harus Anda tanggung sendiri. Bukankah begitu? Jeruk sudah dibeli manis atau masam harus ditanggung sendiri, mengapa harus menyalahkan?

“Kehidupan bagaikan jeruk”, kehilangan kesehatan bagaikan jeruk yang sudah berubah rasa, bisa jadi akan menimpa diri sendiri, juga mungkin terjadi pada diri teman kita. Kehidupan bagaikan jeruk, jika sudah tiba “waktunya, cepat atau lambat akan berubah rasa, “kehidupan” yang kita miliki hanyalah saat dia belum mengalami perubahan rasa.”

“Kehidupan bagaikan jeruk”, satu buah jeruk kupas, belum tentu keseluruhannya manis, kadang juga ada yang masam, tetapi untuk mengetahui manis ataupun masam harus kita sendiri yang mencoba baru bisa tahu rasanya.

“Kehidupan bagaikan jeruk”, terlalu masam juga tidak enak dimakan, terlalu manis juga bisa bosan, dengan bisa merasakan manis dan masam, barulah kehidupan manusia yang sebenarnya!

“Kehidupan bagaikan jeruk”, sepanjang kehidupan yang kita jalani, apakah harus menunggu kehidupan ini mendekat ke titik akhir dari hidup, baru bisa benar-benar menyadari apakah jeruk tersebut lebih banyak masam daripada manis? Ataukah manis lebih banyak daripada masam? Mungkin beginilah yang disebut sebagai makna yang hakiki dari kehidupan!

”Kehidupan bagaikan jeruk”, masalah selalu terjadi silih berganti, rasanya masam ataukah manis hanya diri kita sendiri yang memutuskan.

Kehidupan bagaikan jeruk”, Sepertinya kehidupan manusia ini tidak perlu harus mempunyai aturan main yang tetap, mana ada jawaban dari kehidupan? Jika kehidupan hanya seperti sebutir jeruk, maka jeruk itu jika disimpan terlalu lama bukankah akan menjadi rusak? Mengapa tidak memakan dan merasakannya sewaktu jeruk itu masih segar?

Sebenarnya hidup ini melalui episode demi episode, tetapi jika dikumpulkan menjadi satu adalah kehidupan manusia. Persis seperti halnya sebutir jeruk, dalamnya terdiri dari lapis demi lapis yang melingkar dan membentuk menjadi satu buah jeruk

Maniskah jeruk Anda? Masamkah jeruk saya? Rasanya bagaimana hanya bisa terjawab oleh diri kita sendiri.

”Kehidupan bagaikan jeruk”, persis seperti ketika Anda membeli sebutir jeruk, majikan yang berhati baik lalu memberi tambahan sebutir buah pir kepada Anda, agak di luar dugaan dan merasa sedikit terheran-heran. Hidup ini sungguh menakjubkan, jika belum sampai sisa nafas yang terakhir, Anda benar-benar tidak bisa mengetahui sebelumnya apa rasa sesungguhnya dari jeruk itu?

Setiap orang hanya memiliki sebutir jeruk kehidupan, dimakan luar biasa enaknya, lebih-lebih mempunyai perasaan yang khas, maka Anda harus berlaku seperti petani buah yang telah mencurahkan pikiran dan tenaga berlipat ganda. Seperti halnya saat menjaga serta melindungi anak kecil, jeruk yang sudah ditambah dengan kasih dalam hati, jika dicicipi sudah pasti rasanya luar biasa enak tiada tara.

taken from
http://erabaru.net/kehidupan/41-cermin-kehidupan/16932-kehidupan-bagaikan-jeruk

Hidup Laksana "sebuah" Buku

HIDUP MANUSIA ITU SEPERTI SEBUAH BUKU. COVER DEPAN ADALAH TANGGAL LAHIR, COVER BELAKANG ADALAH TANGGAL PULANG. TIAP LEMBARNYA ADALAH TIAP-TIAP HARI DALAM HIDUP KITA.
ADA BUKU YANG TEBAL ADA BUKU YANG TIPIS. ADA BUKU YANG MENARIK DI BACA ADA YANG TIDAK SAMA SEKALI. SEKALI MENULIS TIDAK AKAN PERNAH BERHENTI SAMPAI SELESAI. KITA TIDAK BISA MENULIS ULANG HALAMAN KITA. KITA TIDAK MENGGANTI BUKU DENGAN YANG LAIN ATAU DENGAN YANG BARU.
YANG HEBATNYA, SEBURUK APAPUN HALAMAN SEBELUMNYA, SELALU TERSEDIA HALAMAN SELANJUTNYA YANG PUTIH BERSIH & TIADA CACAT. SAMA DENGAN HIDUP KITA SEBURUK APAPUN KEMARIN, TUHAN SELALU MENYEDIAKAN HARI YANG BARU UNTUK KITA. KITA SELALU DIBERI KESEMPATAN YANG BARU UNTUK MELAKUKAN SESUATU YANG BENAR DALAM HIDUP KITA SETIAP HARINYA, MEMPERBAIKI KESALAHAN KITA DAN MELANJUTKAN ALUR CERITA YANG SUDAH DI TETAPKANNYA UNTUK KITA MASING-MASING.
BERSYUKURLAH UNTUK HARI INI.... NIKMATI & ISI DENGAN HAL-HAL YANG BAIK DAN JANGAN LUPA UNTUK SELALU BERTANYA KEPADA TUHAN TENTANG APA YANG HARUS DITULIS TIAP-TIAP HARINYA UNTUK MEMULAI HARI ESOK...

TAKEN FROM Tom Bari Khatareon